gue yakin, ada yang bisa dan ada yang gak bisa melanjutkan hidup tanpa figur seorang ayah. dan gue tau, enggak sedikit orang yang masih bisa menikmati masa masa indah bersama ayah.
kalo ketemu ayah bisa ditukar dengan apapun, gue akan lakuin itu. apapun. apapun.
ayah gue meninggal saat gue umur lima tahun, dan bayangan kebersamaan bareng ayah itu bagaikan kepingan puzzle yang hilang dan gue lupa gue simpan dimana.
bayangan itu samar, hanya samar. aku lupa bagaima tangannya menggendongku, aku lupa rautnya waktu memberiku mainan baru, aku lupa bahkan aku tidak tahu. aku lupa bagaimana dia membisikkan harapan harapannya untukku di telingaku saat aku tidur. aku lupa saat dia tersenyum dan bangga terhadap kemajuan ku. aku lupa bagaimana rasanya saat dia mengelus rambutku. aku lupa, aku lupa. setiap berusaha mengingatnya, aku hanya bisa meneteskan air mata.
aku ingin ingat. aku butuh ayah, aku butuh rasa yang melambung tinggi saat ia melontarkan pujian. kalau pun aku tulis perasaan ku ini, kamu enggak akan pernah mengerti.
coba bayangkan, ketika ayahmu tersenyum padamu dan memujimu. tapi sekarang ia sudah tidak ada disisimu. meninggalkanmu. untuk selamanya.
kamu enggak akan pernah merasakan kehangatan luar biasa saat melihat senyumnya. enggak akan pernah mendengar pujian yang ia lontarkan.
mungkin aku lupa akan segala hal tentang nya adalah hal terbaik, karena kalau aku ingat, aku akan semakin terpuruk dalam kenangan manis seorang ayah.
ku simpan perasaan ini dalam dalam dan aku selalu bisa berpura pura menjadi anak periang yang bisa mengikhlaskan hidupku ini. padahal aku hanya menyimpannya di sudut hatiku yang paling spesial, bukan melupakannya.
semakin aku dewasa, aku semakin kangen padanya. semakin ingin mengenalnya. semakin ingin merasakan pelukannya. semakin ingin dia kembali padaku dan berkata, "nak, ayah takkan pernah meninggalkan mu lagi" sambil tersenyum.
saat aku ke Dufan dengan keluarga besarku, aku tersenyum gembira, bahkan mataku bisa berbohong, padahal malam kemarinnya aku menangis di atap rumah sambil memeluk boneka dari ayah. aku membayangkan dia disebelahku, memberiku dukungan agar berani naik jet coaster. memotretku disana-sini. tersenyum riang. seperti om om ku yang selalu menemani sepupu-sepupuku.
aku ingin dia mengambil raport ku, melihat nilai ulanganku yang bagus dan tersenyum lalu berkata "nak, ayah bangga padamu, ayo ayah traktir mau beli apa?"
sampai saat ini, aku sungguh tak pernah ingat apakah dia pernah berkata seperti itu. aku ingin merasakannya. sekaliiii saja. sekali. itu kata yang terkesan ringan, tapi itu berarti. lebih baik sekali dari pada tidak. aku kangen dia, bahkan meskipun aku lupa tentang nya.
aku bahkan rela miskin. miskin takapa dari pada hidup kaya tapi kehilangan seorang ayah. kalau memang miskin bisa membuatku bertemu dengannya, ambillah hartaku ini ambil tuhan, tolong ambil.
aku tak mau terlihat lemah dan terus terpuruk di kesedihan, meskipun harusnya orang2 bisa mengerti keadaan ini. maka itu aku selalu menangis di kamar mandi atau atap sambil memeluk boneka pemberiannya saat aku berulangtahun ke 5.
aku ingin, aku ingin dia mengucapkan "nak, selamat ulang tahun , ayah harap kamu semakin dewasa dan mandiri. soleh. nurut kepada orang tua" . walau pun itu cuma ucapan, itu berarti. aku bahkan tak ingat bagaimana dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku.
aku ingin tahu, bagaimana kekhawatiran seorang ayah melihat anaknya sakit. melihat raut wajah nya yang cemas. aku bahkan tak pernah tahu apakah dia pernah cemas padaku.
aku berusaha terlihat senang dan ramai seperti biasanya, bahkan mataku pun bisa berbohong. orang bilang mata adalah jendela hati, tapi bagiku bukan.
kalau aku boleh mengirim surat ke surga untuk ayah ....
ayah, aku Lila, anakmu yang sudah 7 tahun kau tinggalkan. ayah, aku ingin melihat wajahmu. aku ingin melihat kau tersenyum melihat nilai rapotku. aku ingin memelukmu. aku ingin ayah disini, memberiku semangat. aku ingin setiap pagi ayah bilang "ayah berangkat kerja dulu ya" sambil mengecup keningku.
aku kangen ayah, yah. kenapa ayah ninggalin Lila? Lila belum siap Yah. Lila belum siap. Lila masih butuh ayah.
Lila nggak malu lila enggak punya ayah. bukan itu alesan Lila. tapi Lila ingin hidup Lila sempurna tanpa kepingan puzzle yang hilang Yah.
Lila pengen melihat raut ayah yang cemas saat lila sakit. Lila mau mendengar harapan harapan ayah untuk Lila. Lila mau mendengar suara ayah.
Bunda sering cerita tentang ayah, tapi itu gak cukup Yah. Lila gak kuat lagi nahan ini semua. Lila gak kuat.
Ayah, ayah kangen lila? Lila kangeen sekali dengan ayah. Lila ingin mendengar teguran ayah, ingin mendengar senyum ayah, Lila butuh ayah.
Yah, apakah lila bisa bertemu Ayah? Lila rela menukar apapun Yah. apapun.
itu surat yang aku tulis sejak 2 bulan yang lalu. berjaga jaga kalau kalau tiba tiba ada peluang untuk mengirimnya ke surga, walaupun itu tidak mungkin.
kertas itu sudah lecek, kena air mataku. setiap aku ingat ayah, selalu kubaca surat itu sambil memeluk boneka dari ayah.
ayah, aku selalu sayang ayah,
Lila.